Fenomena Pencairan Tanah (Likuifaksi) Sebagai Bahaya Sekunder Bencana Alam Gempa Bumi - Liquefaction (Likuifaksi) adalah suatu fenomena dimana terjadi berkurangnya kekakuan dan kekuatan dari tanah. Liquefaction (Likuifaksi) bisa disebabkan oleh adanya suatu pergerakan tanah atau gempa bumi. Liquefaction (Likuifaksi) merupakan suatu proses berubahnya sifat dari tanah yang tadinya dalam keadaan padat berubah menjadi cair. Lapisan pasir dari yang ada dalam tanah berubah menjadi layaknya cairan, yang mana hal ini menyebabkan tidak mampunya tanah lagi dalam menopang setiap beban seperti halnya bangunan yang ada di atasnya.
Artikel sebelumnya Skill Development Fund dan Unemployment Benefit
Ketidakmampuan seperti ini terjadi oleh sebab beban siklik yang terjadi pada saat waktu terjadinya gempa bumi, yang mana tekanan dari pore water (air pori) menjadi meningkat melampaui atau mendekati tegangan vertikal. Terjadinya tekanan air yang meningkat, maka adanya jarak diantara partikel pasir sekarang menjadi semakin renggang lagi, sehingga menyebabkan kekuatan dari totalnya menjadi berkurang drastis. Fenomena Liquefaction (Likuifaksi) ini umumnya dapat menyebabkan banyak kerusakan, hal ini merujuk dalam sejarah gempa bumi yang ada di seluruh dunia. Kerugian yang banyak terjadi akibat dari Liquefaction (Likuifaksi) ini terjadi karena besarnya suatu getaran yang ada sehingga menyebabkan banyak runtuhnya bangunan-bangunan yang memiliki struktur yang lemah.
Getaran yang ada pada bencana alam gempa bumi sendiri sering kali memicu terjadinya suatu peningkatan pada tekanan air. Saat terjadi Liquefaction (Likuifaksi), kekuatan dari tanah menjadi menurun, hal ini menyebebkan kemampuan deposit dari tanah yang mendukung pondasi disetiap bangunan serta jembatan otomatis menjadi berkurang. Tidak hanya itu saja, tekanan air yang meningkat bisa juga menjadi pemicu terjadinya bencana alam tanah longsor dan selanjutnya juga akan mengakibatkan terjadinya bangunan yang runtuh seketika.
Faktor yang menyebabkan terjadinya Liquefaction (Likuifaksi)
Berikut ini ada Faktor-faktor yang menjadi Penyebab terjadinya Liquefaction (Likuifaksi), adalah sebagai berikut ini
1. Jenis tanah
Tanah yang jenisnya pasir lepas, apabila memiliki gradasi yang seragam, maka besar kemungkinan akan terkena Liquefaction (Likuifaksi), jika dibandingkan dengan tanah yang berjenis gradasi yang baik. Jenis tanah lain yang neniliki angka kerapatan atau pori yang kecil juga akan sangat rentan terkena terjadinya Liquefaction (Likuifaksi). Contoh gambaran untuk jenis tanah seperti ini adalah, Bencana Alam Gempa bumi yang pernah terjadi pada tahun 1964 di kota Nigata, Jepang. Liquefaction (Likuifaksi) banyak sekali muncul pada jenis tanah berpasir yang memiliki kerapatan relatif diangka 50%, serta tidak muncul pada areal yang memiliki kerapatan relatif diangka diatas 70%.
2. Tekanan batas
Liquefaction (Likuifaksi) tanah memiliki potensi akan menurun beriringan dengan meningkatnya tekanan batas. Telah banyak uji laboratorium yang telah menunjukkan dimana dibutuhkan suatu tegangan yang relatif lebih besar seiring dengan meningkatnya tekanan batas agar dapat menjadi penyebab terjadinya Liquefaction (Likuifaksi).
3. Intensitas gempa
Intensitas dari bencana alam gempa bumi yang terjadi juga bisa memengaruhi terjadinya suatu Liquefaction (Likuifaksi). Tingkat kerentanan yang ada pada suatu deposit tanah dapat mengalami terjadinya Liquefaction (Likuifaksi) sangat bergantung kepada besarnya magnitudo tegangan serta regangan yang diinduksikan oleh bencana alam gempa bumi, hal ini sangat berhubungan dengan intensitas dari bencana alam gempa bumi yang terjadi tentunya.
4. Durasi gempa
Lama atau durasu dari terjadinya bencana alam gempa bumi juga menjadi faktoryang sangat penting dalam menentukan potensi terjadinya suatu Liquefaction (Likuifaksi) tanah. Lama dari durasi terjadinya gempa bumi yang mana menentukan berapa jumlah dari ulang alik tegangan yang akan diberikan pada tanah agar dapat menyebabkan terjadinya Liquefaction (Likuifaksi).
Proses Terjadinya Liquefaction (Likuifaksi)
Peristiwa Liquefaction (Likuifaksi) akan terjadi kemungkinan besar pada tanah jenuh, dengan ditandai adanya ruang diantara partikel-partikelnya sangat penuh dengan air. Yang mana air tersebut akan memberikan tekanan pada setiap partikel tanah sehingga dapat berpengaruh pada seberapa erat partikel itu sendiri pada saat ditekan secara bersamaan. Sebelum terjadi adanya bencana alam gempa bumi, tekanan air yang ada relatif rendah. tetapi setelah terjadinya getaran bencana alam gempa bumi mampu menyebabkan tekanan air yang ada sebelumnya menjadi meningkat ke titik dimana partikel tanah dapat dengan mudah bisa bergerak satu dengan yang lainnya.
Mengenali kondisi seperti yang terdapat pada deposit tanah sesaat sebelum gempa bumi merupakan langkah yang sangat penting agar dapat menghindari terjadinya Liquefaction (Likuifaksi). Deposit tanah sendiri tersusun dari satu himpunan partikel tanah individu. Setiap partikel tanah yang ada akan saling berikatan satu dengan yang lainnya (melakukan kontak). Berat partikel tanah yang saling melapisi satu dengan yang lainnya akan menghasilkan kekuatan kontak antara partikel, hal ini menjadikan tanah menjadi semakin kuat. Liquefaction (Likuifaksi) dapat terjadi pada saat struktur pasir jenuh yang menjadi longgar hingga rusak, akibat dari pergerakan tanah. Individu partikel yang menjadi longgar tersebut akan berusaha untuk pindah menuju ke konfigurasi tanah yang lebih padat.
Pada saat terjadi peristiwa bencana alam gempa bumi, bagaimanapun juga tidak akan ada waktu yang cukup untuk air di pori-pori tanah menjadi dikeluarkan atau diperas dari tanah. Sebaliknya, setiap air yang terjebak didalam tanah dapat mencegah setiap partikel tanah untuk dapat bergerak lebih dekat satu dengan yang lainnya. Hal seperti ini biasanya disertai dengan adanya suatu peningkatan dari tekanan air yang dapat mengurangi kekuatan dari kontak diantara individu partikel tanah, yang pada akhirnya akan terjadi suatu pelunakan serta melemahnya deposit tanah lalu kemudian terjadilah Liquefaction (Likuifaksi).
Dampak Terjadinya Liquefaction (Likuifaksi) pada Bangunan Sipil
Liquefaction (Likuifaksi) hanya akan terjadi pada tanah yang jenuh air, oleh karena itulah kedalaman dari muka air tanah akan dapat mempengaruhi potensi terhadap terjadinya Liquefaction (Likuifaksi). Potensi terhadap terjadinya Liquefaction (Likuifaksi) akan menurun seiring dengan bertambahnya kedalam muka air tanah. Fenomena Liquefaction (Likuifaksi) juga terjadi seiring dengan terjadinya bencana alam gempa bumi. Peristiwa Liquefaction (Likuifaksi) ini juga ditandai dengan munculnya lumpur pasir pada permukaan tanah, seperti berupa suatu sand boil (semburan pasir), rembesan air dari rekahan tanah, atau bahkan dalam bentuk tenggelamnya struktur dari bangunan yang ada di atas permukaannya, serta juga penurunan muka tanah.
Evaluasi potensi dari Liquefaction (Likuifaksi) pada suatu lapisan tanah bisa ditentukan melalui lingkungan geologi (proses pembentukan lapisan tanah, kedalaman muka dari air tanah, sejarah bencana alam gempa bumi), kombinasi sifat dari tanah (ukuran butir dan gradasi butiran). Liquefaction (Likuifaksi) dapat menjadi penyebab hancurnya banyak bangunan struktur, sesuai dengan kenyataan di beberapa kejadian bencana alam gempa bumi yang terjadi selama ini. Berdasar pada simulasi yang pernah dilakukan di negara Jepang, goncangan yang diakibat oleh bencana alam gempa bumi, sanggup menjadikan bangunan yang ada di atasnya menjadi amblas, sedangkan sebaliknya benda-benda yang ada di dalam permukaan tanah contohnya seperti tangki minyak justru dapat muncul ke permukaan.
Beberapa contoh kejadian fenomena dari Liquefaction (Likuifaksi) yang pernah ditemui pada daerah setelah terjadinya bencana alam gempa bumi (pasca gempa), diantaranya seperti perpindahan lateral di permukaan datar, semburan pasir dari dalam yang pada akhirnya menyumbat sumur artesis, longsoran di lereng tanah, serta loss of bearing capacity (kegagalan dari pondasi jembatan).
0 Komentar