Proses seleksi ujian SBMPTN sering kali menjadi pertanyaan dan misteri bagi sebagian besar peserta ujian. Tak banyak yang menganggap lolos atau tidaknya seseorang ditentukan oleh factor nasib. Hal ini disebabkan peserta ujian tidak mengetahui system dan proses penilaian yang dilakukan lembar jawaban peserta ujian, Peserta ujian hanya mengetahui bagaimana cara mereka mendaftar, membayar, mengikuti ujian, dan menerima hasil ujian yang menyatakan lulus tidaknya mereka masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan. Hal ini diperparah oleh keterbatasan informasi mengenai SBMPTN, sehingga banyak peserta yang tidak lolos sering menjadikan proses penilaian sebagai kambing hitam. Apalagi ketika melihat temannya yang menurut peserta memiliki kemampuan yang lebih rendah malah diterima/lolos.
Perlu diperhatikan oleh peserta ujian bahwa lembar jawaban yang dicurigai memiliki pola jawaban yang sama langsung dinilai tidak lolos. Hal ini dikarenakan pola jawaban yang sama ada kerja sama di antara sesame peserta ujian. Selain pola jawaban SBMPTN yang sama, kesalahan dalam penulisan data diri pada lembar jawaban juga perlu diperhatikan, sehingga peserta harus benar-benar teliti dalam mengisi lembar jawaban. Sering juga peserta bingung dan bertanya-tanya kenapa tidak lolos dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui ujian SBMPTN, padahal termasuk siswa yang selalu menang ranking di kelasnya. Sedangkan teman sekolahnya yang termasuk biasa-biasa saja dapat lolos dan diterima di perguruan tinggi negeri yang diinginkan.
Persiapan diri, baik belajar maupun mental memang penting dalam menentukan peserta lolos atau tidak. Namun, alangkah lebih baiknya sebelum mengikuti ujian SBMPTN ini. Sehingga dengan begitu, peserta jadi tahu, apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan sebelum mengikuti peserta ujian SBMPTN.
SIstem Penilaian SBMPTN
Perlu diketahui bahwa penilaian pada SBMPTN sebelum tahun 2009 menggunakan system nilai mentah. Sistem Nilai Mentah merupakan system penilaian yang mengakumulasikan nilai dari mana peajaran yang diujikan secara total. Namu setelah tahun 2009, system penilaian SBMPTN diubah menjadi Sistem Persentil. Sistem Penilaian Persentil adalah system penilaian ujian per mata pelajaran yang diujiakan secara terpisah. Sehingga dengan system baru ini, peserta ujian SBMPTN harus mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan karena semua hasil tes akan diperiksa dan dinilai secara terpisah. Penggunaan system penilaian persentil mempunyai dampak yang berbeda dalam menentukan siapa yang akan lolos ujian SBMPTN, sehingga dapat masuk kperguruan tinggi yang diinginkan.
Perbedaan system penilaian nilai mentah dan system persentil adalah pada saat menggunakan system nilai mentah banyak peserta yang lolos atau diterima oleh satu program studi/jurusan di PTN dengan hanya mengandalkan satu pelajaran yang paling dikuasainya. Sedangkan mata pelajaran lain tidak dijawab satu pun dalam lembar jawaban (kosong) untuk menghindari nilai minus. Oleh sebab itu, banyak peserta ujian dari jurusan IPA lolos (diterima) di jurusan Akuntaasi atau Program Studi Ekonomi lainnya, karena mereka menngandalkan kemampuan di pelajaran Matematika, sementara pelajaran Ekonominya mungkin tidak diisi/dikosongkan untuk menghindari nilai minus tersebut.
Sistem penilaian persentil dimaksudkan agar peserta ujian mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan untuk dapat lolos SBMPTN. Dengan pengosongan jawaban satu atau dua pelajaran, maka akan dinyatakan sebagai Nilai Mati dan dapat dipastikan peserta ujian tidak akan lolos seleksi. Dapat dipahami tujuan dari system persentil ini, yaitu untuk menjaring para peserta SBMPTN yang memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan peserta lainnya, artinya tidak hanya mengandalkan satu atau dua mata pelajaran yang diujikan. Setelah dilakukan secara terpisah, peserta nantinya akan diberi ranking di setiap mata pelajaran dan peserta yang ranking rata-ratanya bagus di semua mata pelajaran yang diujikan akan berpeluang besar untuk lolos ujian SBMPTN. Jadi, intinya diusahakan jangan mengosongkan jawaban satu mata pelajaran pun, jawablah minimal satu pertanyaan tapi benar.
Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP)
Peserta ujian juga perlu memahami setiap bidang studi (mata pelajaran) Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) karena TBSP dinilai berdasarkan aturan berikut:
- Apabila jawaban BETUL bernilai 4 (empat)
- Apabila jawaban SALAH bernilai -1 (minus satu)
- Apabila TIDAK DIJAWAB bernilai 0 (nol)
Dengan aturan seperti di atas, maka jangan menjawab asal-asalan atau tidak yakin jawaban benar. Untuk itu cari dan jawab pertanyaan lain yang dapat dijawab dengan benar. Dengan kata lain lebih baik satu jawaban benar daripada banyak menjawab tapi salah. Berikut ini diberikan ilustrasi jawaban dari dua orang peserta ujian:
Dari table di atas, dapat dilihat bagaimana seharusnya peserta menjawab soal ujian, jadi kita jangan terlalu bernafsu menjawab tapi tidak yakin kalau jawaban kita itu benar. Jangan berspekulasi, jawab pertanyaan-pertanyaan yang kita anggap mampu dan yakin benar terlebih dahulu, lebih baik lewatkan dahulu pertanyaan yang sulit dan kita tidak yakin benar atau tidak. Hilangkan dahulu rasa penasaran ingin menjawab pertanyaan yang sulit, akibatnya hanya akan menghabiskan waktu untuk mengutak-atik soal tersebut.
Bobot TBSP terhadap total nilai adalah 70% (0,7), jadi apabila mata pelajaran yang diujikan pada Tes Bidang Studi Prediktif sebanyak 7 mata pelajaran, maka setiap mata pelajaran mempunyai bobot sebanyak 10% (0,1). Sedangkan sisanya sebesar 30% adalah bobot untuk nilai TPA (Tes Potensial Akademik). Setelah nilai didapatkan dari hasil lembar jawaban peserta, selanjutnya masing-masing pelajaran dikalikan dengan 0,1. Hasil dari penilaian tersebut inilah yang disebut Nilai Mentah dan dari nilai ini peserta ujian akan di ranking per mata pelajaran di program studi yang dipilih (jurusan yang dipilih). Untuk memperjelasnya, dapat dilihat pada ilustrasi berikut:
Perhitungan Sistem Nilai Mentah
Misalkan ada 3 peserta ujian yang memilih Program Studi Akuntasi, yaitu A, B, dan C dengan nilai sebagai berikut:
Berdasarkan Sistem Nilai Mentah urutan kelulusan dari nilai total adalah:
1. Peserta A: 120
2. Peserta C: 110
3. Peserta B: 90
Jika kapasitas yang dapat diterima pada program studi Akuntasi pada perguruan tinggi tertentu adalah 2 orang, maka yang akan lolos adalah peserta A dan peserta C. Namun, berdasarkan perhitungan Sistem Persentil, pada setiap mata pelajaran , peserta akan di-ranking dan diberi nilai bobot dengan rumus sebagai berikut:
Nilai = 100 kali (1-Ranking/Jumlah Peserta)
Dengan menggunakan system persentil tersebut, maka setelah peserta di-ranking akan dihitung kembali nilai yang diperoleh, berikut penjelasannya:
Berdasarkan Sistem Persentil urutan kelulusan dari nilai total adalah:
1. Peserta C : 134
2. Peserta B : 99
3. Peserta A : 67
Jika kapasitas yang dapat diterima pada program studi Akuntasi pada perguruan tinggi tertentu adalah 2 orang, maka yang akan lolos adalah peserta C dan peserta B. Nah, dari contoh ilustrasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peserta ujian jangan pernah meremehkan satu pelaran pun. Tentu saja ada maksud dari adanya perhitungan dengan menggunakan system persentil, yaitu harapannya peserta ujian yang lolos merupakan peserta yang memang mempunyai kemampuan di bidang studi yang diminati di perguruan tinggi dan sesuai kemampuannya.
Dari uraian di atas ada beberapa taktik dan strategi yang perlu dilakukan oleh peserta ujian SBMPTN:
1. Pahami betul kriteria penilaian dan aturan main SBMPTN
2. Pelajarilah soal-soal SBMPTN tahun-tahun sebelumnya agar terbiasa dengan bentuk dan materi soal/pertanyaan SBMPTN.
3. Ikutilah beberapa kali Tryout jauh sebelum SBMPTN yang diselenggarakan oleh penyelenggara bimbingan belajar yang diikuti agar dapat mengukur kemampuan dan ada kesempatan untuk meningkatkannya.
4. Jawablah pertanyaan mata pelajaran yang diujikan, jangan ada satu mata pelajaran pun yang dikosongkan karena akan masuk pada Nilai Mati dan dapat dipastikan tidak lolos.
5. Jawablah soal yang yakin dapat dijawab dengan benar, walaupun hanya 1 atau 2 soal sekalipun. jangan bernafsu untuk menjawab seluruh pertanyaan tapi tidak yakin jawaban tersebut benar. Berdasarkan pengalaman peserta yang lolos SBMPTN pada tahun-tahun sebelumnya, justru dia hanya menjawab 1, 2, atau 3 pertanyaan dari setiap pelajaran, tapi yakin jawabannya benar.
6. Jawablah soal yang paling mudah terlebih dahulu. Jangan habiskan waktu mengutak-ngatik soal sulit hanya karena penasaran.
7. Pahami mata pelajaran pendukung program studi yang dipilih.
8. Carilah informasi jumlah pendaftar dan daya tamping pada program studi tahun sebelumnya sebagai gambaran jumlah pesaing dan memprediksi ranking.
9. Meskipun tidak ada passing grade, namun perlu adanya informasi nilai total (TBSP+TPA) minimal yang dapat diterima pada program studi yang dipilih dan bandingkan dengan hasil tryout. Jika masih di bawah nilai minimal, maka tingkatkan lagi kemampuan.
10. Jika skor beberapa tryout tidak mampu melampaui nilai minimal, maka pertimbangkan untuk mengalihkan pilihan program studi atau PTN yang passing grade-nya lebih rendah.
11. Ikutilah SBMPTN dengan tenang.
Perlu diperhatikan oleh peserta ujian bahwa lembar jawaban yang dicurigai memiliki pola jawaban yang sama langsung dinilai tidak lolos. Hal ini dikarenakan pola jawaban yang sama ada kerja sama di antara sesame peserta ujian. Selain pola jawaban SBMPTN yang sama, kesalahan dalam penulisan data diri pada lembar jawaban juga perlu diperhatikan, sehingga peserta harus benar-benar teliti dalam mengisi lembar jawaban. Sering juga peserta bingung dan bertanya-tanya kenapa tidak lolos dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui ujian SBMPTN, padahal termasuk siswa yang selalu menang ranking di kelasnya. Sedangkan teman sekolahnya yang termasuk biasa-biasa saja dapat lolos dan diterima di perguruan tinggi negeri yang diinginkan.
Persiapan diri, baik belajar maupun mental memang penting dalam menentukan peserta lolos atau tidak. Namun, alangkah lebih baiknya sebelum mengikuti ujian SBMPTN ini. Sehingga dengan begitu, peserta jadi tahu, apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan sebelum mengikuti peserta ujian SBMPTN.
SIstem Penilaian SBMPTN
Perlu diketahui bahwa penilaian pada SBMPTN sebelum tahun 2009 menggunakan system nilai mentah. Sistem Nilai Mentah merupakan system penilaian yang mengakumulasikan nilai dari mana peajaran yang diujikan secara total. Namu setelah tahun 2009, system penilaian SBMPTN diubah menjadi Sistem Persentil. Sistem Penilaian Persentil adalah system penilaian ujian per mata pelajaran yang diujiakan secara terpisah. Sehingga dengan system baru ini, peserta ujian SBMPTN harus mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan karena semua hasil tes akan diperiksa dan dinilai secara terpisah. Penggunaan system penilaian persentil mempunyai dampak yang berbeda dalam menentukan siapa yang akan lolos ujian SBMPTN, sehingga dapat masuk kperguruan tinggi yang diinginkan.
Perbedaan system penilaian nilai mentah dan system persentil adalah pada saat menggunakan system nilai mentah banyak peserta yang lolos atau diterima oleh satu program studi/jurusan di PTN dengan hanya mengandalkan satu pelajaran yang paling dikuasainya. Sedangkan mata pelajaran lain tidak dijawab satu pun dalam lembar jawaban (kosong) untuk menghindari nilai minus. Oleh sebab itu, banyak peserta ujian dari jurusan IPA lolos (diterima) di jurusan Akuntaasi atau Program Studi Ekonomi lainnya, karena mereka menngandalkan kemampuan di pelajaran Matematika, sementara pelajaran Ekonominya mungkin tidak diisi/dikosongkan untuk menghindari nilai minus tersebut.
Sistem penilaian persentil dimaksudkan agar peserta ujian mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan untuk dapat lolos SBMPTN. Dengan pengosongan jawaban satu atau dua pelajaran, maka akan dinyatakan sebagai Nilai Mati dan dapat dipastikan peserta ujian tidak akan lolos seleksi. Dapat dipahami tujuan dari system persentil ini, yaitu untuk menjaring para peserta SBMPTN yang memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan peserta lainnya, artinya tidak hanya mengandalkan satu atau dua mata pelajaran yang diujikan. Setelah dilakukan secara terpisah, peserta nantinya akan diberi ranking di setiap mata pelajaran dan peserta yang ranking rata-ratanya bagus di semua mata pelajaran yang diujikan akan berpeluang besar untuk lolos ujian SBMPTN. Jadi, intinya diusahakan jangan mengosongkan jawaban satu mata pelajaran pun, jawablah minimal satu pertanyaan tapi benar.
Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP)
Peserta ujian juga perlu memahami setiap bidang studi (mata pelajaran) Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) karena TBSP dinilai berdasarkan aturan berikut:
- Apabila jawaban BETUL bernilai 4 (empat)
- Apabila jawaban SALAH bernilai -1 (minus satu)
- Apabila TIDAK DIJAWAB bernilai 0 (nol)
Dengan aturan seperti di atas, maka jangan menjawab asal-asalan atau tidak yakin jawaban benar. Untuk itu cari dan jawab pertanyaan lain yang dapat dijawab dengan benar. Dengan kata lain lebih baik satu jawaban benar daripada banyak menjawab tapi salah. Berikut ini diberikan ilustrasi jawaban dari dua orang peserta ujian:
Soal
|
Peserta A
|
Peserta B
| ||
Jawaban
|
Skor
|
Jawaban
|
Skor
| |
1
|
Benar
|
4
|
Benar
|
4
|
2
|
Benar
|
4
|
Kosong
|
0
|
3
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
4
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
5
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
6
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
7
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
Jumlah
|
3
|
4
|
Bobot TBSP terhadap total nilai adalah 70% (0,7), jadi apabila mata pelajaran yang diujikan pada Tes Bidang Studi Prediktif sebanyak 7 mata pelajaran, maka setiap mata pelajaran mempunyai bobot sebanyak 10% (0,1). Sedangkan sisanya sebesar 30% adalah bobot untuk nilai TPA (Tes Potensial Akademik). Setelah nilai didapatkan dari hasil lembar jawaban peserta, selanjutnya masing-masing pelajaran dikalikan dengan 0,1. Hasil dari penilaian tersebut inilah yang disebut Nilai Mentah dan dari nilai ini peserta ujian akan di ranking per mata pelajaran di program studi yang dipilih (jurusan yang dipilih). Untuk memperjelasnya, dapat dilihat pada ilustrasi berikut:
Perhitungan Sistem Nilai Mentah
Misalkan ada 3 peserta ujian yang memilih Program Studi Akuntasi, yaitu A, B, dan C dengan nilai sebagai berikut:
Peserta
|
TPA
|
Ranking
|
Studi Dasar
|
Ranking
|
Studi IPA
|
Ranking
|
Total
|
A
|
100
|
1
|
10
|
3
|
10
|
3
|
120
|
B
|
30
|
2
|
30
|
2
|
30
|
2
|
90
|
C
|
10
|
3
|
50
|
1
|
50
|
1
|
110
|
1. Peserta A: 120
2. Peserta C: 110
3. Peserta B: 90
Jika kapasitas yang dapat diterima pada program studi Akuntasi pada perguruan tinggi tertentu adalah 2 orang, maka yang akan lolos adalah peserta A dan peserta C. Namun, berdasarkan perhitungan Sistem Persentil, pada setiap mata pelajaran , peserta akan di-ranking dan diberi nilai bobot dengan rumus sebagai berikut:
Nilai = 100 kali (1-Ranking/Jumlah Peserta)
Dengan menggunakan system persentil tersebut, maka setelah peserta di-ranking akan dihitung kembali nilai yang diperoleh, berikut penjelasannya:
Pelajaran
|
Peserta
| |||||
A
|
B
|
C
| ||||
Rank
|
Nilai
|
Rank
|
Nilai
|
Rank
|
Nilai
| |
TPA
|
1
|
100x(1-1/3)=67
|
2
|
100x(1-2/3)=33
|
3
|
100x(1-3/3)=0
|
Studi Dasar
|
2
|
100x(1-3/3)=0
|
2
|
100x(1-2/3)=33
|
3
|
100x(1-1/3)=67
|
Studi IPA
|
3
|
100x(1-2/3)=0
|
2
|
100x(1-2/3)=33
|
1
|
100x(1-1/3)=67
|
Total Nilai
|
67
|
99
|
134
|
Berdasarkan Sistem Persentil urutan kelulusan dari nilai total adalah:
1. Peserta C : 134
2. Peserta B : 99
3. Peserta A : 67
Jika kapasitas yang dapat diterima pada program studi Akuntasi pada perguruan tinggi tertentu adalah 2 orang, maka yang akan lolos adalah peserta C dan peserta B. Nah, dari contoh ilustrasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peserta ujian jangan pernah meremehkan satu pelaran pun. Tentu saja ada maksud dari adanya perhitungan dengan menggunakan system persentil, yaitu harapannya peserta ujian yang lolos merupakan peserta yang memang mempunyai kemampuan di bidang studi yang diminati di perguruan tinggi dan sesuai kemampuannya.
Dari uraian di atas ada beberapa taktik dan strategi yang perlu dilakukan oleh peserta ujian SBMPTN:
1. Pahami betul kriteria penilaian dan aturan main SBMPTN
2. Pelajarilah soal-soal SBMPTN tahun-tahun sebelumnya agar terbiasa dengan bentuk dan materi soal/pertanyaan SBMPTN.
3. Ikutilah beberapa kali Tryout jauh sebelum SBMPTN yang diselenggarakan oleh penyelenggara bimbingan belajar yang diikuti agar dapat mengukur kemampuan dan ada kesempatan untuk meningkatkannya.
4. Jawablah pertanyaan mata pelajaran yang diujikan, jangan ada satu mata pelajaran pun yang dikosongkan karena akan masuk pada Nilai Mati dan dapat dipastikan tidak lolos.
5. Jawablah soal yang yakin dapat dijawab dengan benar, walaupun hanya 1 atau 2 soal sekalipun. jangan bernafsu untuk menjawab seluruh pertanyaan tapi tidak yakin jawaban tersebut benar. Berdasarkan pengalaman peserta yang lolos SBMPTN pada tahun-tahun sebelumnya, justru dia hanya menjawab 1, 2, atau 3 pertanyaan dari setiap pelajaran, tapi yakin jawabannya benar.
6. Jawablah soal yang paling mudah terlebih dahulu. Jangan habiskan waktu mengutak-ngatik soal sulit hanya karena penasaran.
7. Pahami mata pelajaran pendukung program studi yang dipilih.
8. Carilah informasi jumlah pendaftar dan daya tamping pada program studi tahun sebelumnya sebagai gambaran jumlah pesaing dan memprediksi ranking.
9. Meskipun tidak ada passing grade, namun perlu adanya informasi nilai total (TBSP+TPA) minimal yang dapat diterima pada program studi yang dipilih dan bandingkan dengan hasil tryout. Jika masih di bawah nilai minimal, maka tingkatkan lagi kemampuan.
10. Jika skor beberapa tryout tidak mampu melampaui nilai minimal, maka pertimbangkan untuk mengalihkan pilihan program studi atau PTN yang passing grade-nya lebih rendah.
11. Ikutilah SBMPTN dengan tenang.
sep terima kasih
BalasHapusini sangat berguna buat saya
sukses selalu mas/mbak
mas saja, sama sama ichsandy rahman semoga bermanfaat
HapusKalo thn 2017 katanya menggunakan nilai nasional?
BalasHapusAdmin, saya kemarin ikut sbmptn. Matematika saintek dan bahasa inggris di TKPA tidak saya isi sama sekali. Apakah saya masih ada peluang untuk lulus seleksi?
BalasHapusInfonya sbmptn 2017 menggunakan sistem nilai nasional.